selamat datang dan bergabung di blog "ananda"

Jumat, 03 Juni 2011

6 kali aku menangis karena cinta adikku



  • By: suriadi kusuma
    Aku seorang wanita yang dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
    Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dengan punggung mereka yg selalu menghadap ke langit.
    Aku mempunyai seorang adik pria, tiga tahun lebih muda dariku.
    Suatu ketika, aku ingin sekali membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di dusunku kelihata membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.
    Tapi ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
    "Siapa yang mencuri uang itu?" tanya Ayah. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
    Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

    Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya hinggai Beliau kehabisan nafas.
    Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang?Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

    Malam itu, ibu dan aku membekap adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
    Di pertengahan malam itu, tiba-tiba saya menitikkan air mata dan mulai menangis meraung-raung mengingat kejadian tadi.
    Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

    Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Saat itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

    Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Dan disaat yang sama,saya juga diterima untuk masuk di sebuah Universitas propinsi.
    Malam itu, ayah berjongkok di halaman depan rumah sambil menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."
    Ibu mengusap airmatanya yang mengalir dan menghela nafas sambil berkata, "Apa gunanya?Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

    Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayahdan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."
    Tekejut Ayah mengayunkan tangannya dan menampar adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya harus mengemis di jalanan Saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" bentak nya.
    Ia pun kemudian lantas pergi mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.

    Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

    Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

    Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari memikul semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
    Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
    Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku.
    Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

    Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepitan rambut berbentuk kupu-kupu.Ia memakaikannya di sudut rambutku, sambil tersungging senyum,"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu".
    Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
    Ini berjalan pada saat ia berusia 20 dan aku 23.

    Hingga suatu hari kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
    Setelah pacarku pulang, aku menari senang bak gadis kecil di depan ibuku.
    "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"
    Jawab Ibu sambil tersenyum yg meng henyakku, "Itu kerjaan adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

    Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
    Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya."Sakit?" tanyaku ."Tidak, tidak apa kok. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Ini terjadi saat adikku 23 tahun dan aku berusia 26 tahun.

    Ketika ku menikah, aku tinggal di kota. Sering kali suamiku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.
    Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun,mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa.
    Adikku pun mendukung dengan mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja.Saya akan menjaga ibu dan ayah disini."
    Suamiku adalah seorang direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan di perusahaan suamiku.
    Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.


    Suatu hari, adikku bekerja untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika itu ia mendapat sengatan listrik hebat, dan di larikan ke rumah sakit. Aku dan Suamiku pergi menjenguknya.
    Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
    Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

    Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
    "Pikirkan kakak ipar, Ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti, berita seperti apa yang akan dikirimkan ke orang-orang?"

    Mata suamiku dipenuhi air mata, Aku bergumam sepatah-sepatah sambil menangis: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?"
    Adikku menggenggam tanganku. Itu diusia nya 26 tahun dan aku 29 tahun.


    Hingga usia Adikku 30 tahun ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun kami.
    Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya,
    "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"
    Tanpa berpikir ia menjawab, "Kakakku."

    Lantas Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan aku tidak mengingat nya.
    "Ketika kami berdua pergi sekolah SD, yang berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari aku dan kakak berjalan selama dua jam untuk pergi dan pulang dari sekolah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.Ketika tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran dikarenakan cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpit makannya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

    Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

     Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata tak dapat kubendung bercucuran di pipi
sofrenie

By: Suriady kusuma



"..Akalmu senipis bilahan rambut.. tebalkanlah ia dgn limpahan ilmu, jua hatimu bak kaca yg rapuh kuatkanlah ia dgn iman yg teguh.. Tercipta engkau dr rusuk lelaki bukan dr kaki utk dialasi, bkn dari kepala utk dijunjung.. tapi dekat di bahu utk dilindung, dkt jua di hati utk dikasihi.. Engkaulah wanita hiasan duniawi.. Mana mungkin lahirnya bayangan yg lurus elok.. jika dtgnya dr kayu yg bengkok.. begitulah peribadi yg dibentuk.. Didiklah wanita dgn keimanan bukannya harta ataupun pujian kelak tidak derita berharap pada yg binasa.. engkaulah wanita istimewa…"



Hawa.. Jgnlah sesekali kau coba menggoncang keimanan lelaki dgn lembut tuturmu, dgn ayu wajahmu, dgn lengguk tubuhmu..

Jgn menghentak2 kakimu utk menyatakan kehadiranmu. .



Jgn Hawa, jgn sesekali coba menarik perhatian kaum Adam yg bkn suamimu, krn dikhawatiri ia mengundang kemurkaan dan kebencian Allah..



Hawa..Andai engkau belum menikah, jgn engkau risau akan jodohmu, ingatlah Hawa janji Tuhan kita, wanita yg baik adalah utk lelaki yg baik..



Jgn menggadaikan martabatmu hanya semata-mata krn seorang lelaki..



Jgn memakai pakaian yg menampakkan bentuk tubuhmu hanya utk menarik perhatian dan memikat kaum lelaki krn kau bkn memancing hatinya tp meransang nafsunya..



Hawa.. Jgn memulakan pertemuan dgn lelaki yg bukan muhrim krn dikhawatiri dari pertemuan..



Lahirnya nafsu kejahatan yg menguasai diri..

Jgn kau tanggalkan pakaian malumu dari dirimu krn itulah benteng yg menjaga dirimu..



Hawa.. Lelaki yg baik tdk melihat paras rupa,



lelaki yg soleh tdk memilih wanita melalui keseksiannya, lelaki yg warak tdk menilai wanita melalui keayuannya, kemanjaannya, serta kemampuannya menggoncang iman mereka..



Tetapi Hawa, lelaki yg baik akan menilai wanita melalui akhlaknya, peribadinya dan addinnya..



Hawa.. Lelaki yg baik tdk menginginkan sebuah pertemuan dgn wanita yg bukan muhrimnya krn dia takut memberi kesempatan pd syaitan utk menggodanya. .



Lelaki yg warak juga tdk mau bermain cinta krn dia tahu apa tujuan akhir dlm sebuah hubungan antara lelaki dgn wanita yakni perkahwinan. .



Hawa.. Oleh itu, jagalah pandanganmu, jagalah pakaianmu, jagalah akhlakmu, kuatkan pendirianmu. .

Keraskan suaramu, seriuskanlah perwatakanmu ketika berurusan dgn mereka..







Sekiranya ada yg ingin mendekatimu, tegaskan kpd mereka bahawa dirimu punya prinsip, kau punya martabat utk dipertahankan…



Biarlah mereka mengatakan kau ego krn terlalu tegas menjaga prinsipmu, biarlah mereka mengatakan kau degil krn tidak mengikut kata mereka..



Hawa.. Ingatlah.. Andai dirimu dipenuhi iman, andai dirimu dihiasi taQwa..



Kelembutanmu, keayuanmu dan kepatuhanmu telah terserlah sebagai pancaran imanmu ketika bersuami nanti..



Sembunyikan kemanisan senyumanmu, tutuplah segala kelebihan yg bisa menggoncang nafsu kaum Adam..



Andai kata ditakdirkan tiada cinta dr Adam utk mu, cukuplah hanya cinta Allah menyinari dan memenuhi jiwamu.. Hawa.. Cintailah Allah di kala susah dan senang krn kau akan memperoleh cinta dr insan yg juga menyintai Allah..

Ingatan terakhirku, jgn sesekali tgnmu itu menggoncang keimanan kaum Adam..

Tetapi biarlah tgn yg lembut itu menggoncang dunia dlm mencapai keredhaan Ilahi..

Hawa.. Dengar dah hayatilah kata-kata ini agar dirimu menjadi Mukminah Sejati, Mujahidah Solehah dan Bidadari Syugawi/Ukhrawi. .

"..Wanita yg baik adalah yg tidak memandang lelaki dan lelaki tdk memandang kepadanya..".

By:Tia mardianti

MENANTI BINTANG KU

Zie menatap foto masa kecil nya dengan sahabat tercintana Orion .Air mata nya mengalr di pipi dan menjatuhi poto tsb. Orion pergi ke makasar karna ayah nya di pindah tugas ke daerah tersebut. Hal yang membuat mereka sedih adalah saat kepergin orion! Satu hari sebelum nya mereka memutus kan untuk saling jujur atas perasaan mereka,aat iu mereka masih duduk di kelas VII SMP.

“Zie..!! aku boleh jujur gag”?..... maaf kalu aku udah ngerusak persahabatan kita ....... karna aku suka sama kamu”!

Zie bagaikan terbang ke atas langit karna cintanya tidak brtepuk sebelah tangan dan terasa sakit karna jatuh tiba2 karna teringat Dion akan pergi

Zie tersadar dari lamunan nya. di usap nya foto yang basah karna air mata nya . diletak kan ya kembali foto itu di meja ya dan keluar menuju beranda kamar tidur nya dia menatap ke langit.menatap taburan bintang ,dia melihat ke arah bintang yang paling terang , dia teringat satu peristiwa

“kamu mau nggak ???

“Aku mau ajak kamu ke tempat yang paling indah ujar Dion!

Sini deh ........ kita baringan disini.lihat deh ke atas .... indah kan?”

Lihat bintang yang paling terang itu “..... ORION !!!

Zie menatap Orion seperti ada tanda tanya diwajah nya

“yah .....Orion ! tu sebab nya kenapa papa sama mama aku ngasih nama aku orion!!

karna aku yan paling terang dari yang lain kata mereka.”

Bersambung........